Merokok memiliki dampak buruk yang signifikan bagi kesehatan gigi dan mulut, mulai dari perubahan warna gigi, gigi berlubang, bau napas tak sedap, hingga risiko penyakit gusi dan leukoplakia. Artikel ini mengupas tuntas 6 dampak merokok pada kesehatan gigi dan mulut, serta memberikan solusi untuk mengembalikan senyum percaya diri.
Merokok tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang di sekitar. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2018 menunjukkan prevalensi perokok di Indonesia cukup tinggi, menempatkan negara ini sebagai salah satu negara dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia. Kebiasaan ini memicu berbagai masalah kesehatan serius, termasuk peningkatan kematian dini, penyakit kronis, penurunan produktivitas, serta beban biaya kesehatan yang besar.
Data BPJS Kesehatan 2019 mencatat jutaan kasus penyakit tidak menular akibat tembakau, seperti stroke, gangguan jantung, dan kanker, dengan pembiayaan triliunan rupiah. Memahami risiko ini, penting untuk mempertimbangkan kembali kebiasaan merokok demi kesehatan jangka panjang.
Banyak faktor yang membuat seseorang sulit berhenti merokok. Lingkungan sosial yang didominasi perokok (social smoker), kebiasaan yang terbentuk sejak kecil karena melihat orang terdekat merokok, atau anggapan bahwa merokok memberikan relaksasi adalah beberapa alasan umum.
Namun, tantangan terbesar adalah nikotin, zat adiktif dalam rokok yang menyebabkan ketergantungan kuat. Akumulasi dampak jangka panjang dari kebiasaan ini sangat serius, meningkatkan risiko penyakit seperti kanker paru-paru, gangguan jantung, kerusakan otak, tulang rapuh, hingga masalah organ reproduksi.
Meskipun sering dikaitkan dengan penyakit kronis, dampak merokok pada kesehatan gigi dan mulut seringkali terabaikan. Padahal, kebiasaan ini membawa serangkaian masalah serius yang perlu diwaspadai. Berikut adalah beberapa akibat merokok yang secara langsung memengaruhi kesehatan gigi dan mulut Anda:
Salah satu dampak paling terlihat dari merokok adalah perubahan warna gigi menjadi kuning dan kusam. Kandungan nikotin dan tar dalam rokok adalah penyebab utamanya. Nikotin, yang awalnya tidak berwarna, berubah menjadi coklat saat terpapar udara. Sementara itu, residu tar memiliki warna kuning kecoklatan.
Keduanya memenuhi rongga mulut saat merokok, menempel kuat pada lapisan email gigi. Kebersihan gigi yang kurang terjaga akan memperparah kondisi ini, karena noda rokok bercampur dengan karang gigi, menghasilkan warna kuning kecokelatan yang sulit dihilangkan.
Merokok secara signifikan meningkatkan risiko gigi berlubang atau karies. Zat nikotin dan tar dalam rokok tidak hanya merusak jaringan gigi, tetapi juga mengurangi produksi air liur. Kondisi mulut yang kering ini menciptakan lingkungan ideal bagi bakteri kariogenik untuk berkembang biak. Penumpukan bakteri perusak gigi inilah yang akhirnya meningkatkan kemungkinan terjadinya gigi berlubang.
Bau napas tidak sedap atau halitosis adalah keluhan umum perokok. Mulut yang kering akibat merokok menjadi tempat berkembang biaknya bakteri penyebab bau mulut. Untuk mengatasinya, langkah paling efektif adalah berhenti merokok. Selain itu, menjaga hidrasi tubuh dengan minum cukup air juga penting untuk mencegah mulut kering dan mengurangi bau napas yang tidak sedap.
Merokok dapat menyebabkan munculnya leukoplakia, yaitu bercak putih atau keabu-abuan pada gusi, bagian dalam pipi, atau lidah. Kondisi ini perlu diwaspadai karena berpotensi berkembang menjadi lesi prakanker atau kanker mulut. Seiring waktu, bercak leukoplakia bisa menebal. Jika bercak putih disertai noda merah (erythroplakia), ini merupakan indikasi yang lebih serius dan harus segera diperiksakan ke dokter gigi karena bisa menjadi gejala awal kanker mulut.
Merokok meningkatkan risiko kontaminasi bakteri di rongga mulut, yang dapat memicu infeksi pada kelenjar ludah. Beberapa bakteri umum penyebab infeksi ini termasuk Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Infeksi kelenjar ludah tidak hanya mengurangi produksi air liur, tetapi juga menimbulkan gejala seperti mulut kering dan nyeri, keluarnya nanah, serta kesulitan membuka mulut. Menjaga kebersihan mulut sangat penting untuk mencegah kondisi ini.
Perokok memiliki risiko 2,5 hingga 4 kali lebih besar terkena penyakit gusi dibandingkan non-perokok. Kebiasaan merokok memfasilitasi pertumbuhan bakteri anaerob di rongga mulut, yang menyebabkan infeksi dan peradangan gusi (gingivitis).
Zat dalam rokok juga mengganggu fungsi sel gusi dan menghambat aliran darah, menyebabkan gusi kekurangan nutrisi dan mengalami kerusakan lebih parah. Selain itu, merokok dapat menyebabkan hiperpigmentasi, membuat gusi tampak menghitam dan memengaruhi penampilan.
Berhenti merokok adalah langkah terbaik untuk kesehatan gigi dan mulut Anda di masa depan. Jangan tunda lagi keinginan untuk hidup lebih sehat! Jika Anda khawatir tentang warna gigi yang kusam akibat merokok, Closeup White Attraction Pasta Gigi Natural Smile hadir sebagai solusi. Diformulasikan dengan lemon essence dan sea salt, pasta gigi gel ini bekerja lembut memoles gigi dan menghilangkan noda, mengembalikan putih alami gigi dalam dua minggu*.
Gunakan secara teratur untuk napas segar dan senyum putih alami. Dengan berhenti merokok dan perawatan gigi yang tepat, Anda bisa menjadi pribadi yang lebih sehat dan percaya diri.
Referensi: