Kebayang ga jika suku Jawa bertemu dengan suku Batak yang cenderung memiliki watak dan karakter berbeda? Atau, suku Tionghoa dan Sunda dengan adat serta kebiasaan yang juga berbeda?
Menavigasi perbedaan dalam hubungan asmara tidaklah mudah, apalagi untuk hal-hal mendasar yang sudah jadi identitas seseorang, seperti suku dan tradisi. Kalau kamu dan pasangan memiliki perbedaan suku, jangan menyerah untuk memperjuangkan cinta kalian, ya. Yuk, antisipasi tantangan umum cinta beda suku & solusi keren yang bisa diterapkan bersama pasangan!
Dalam hubungan cinta apa pun, berbagai macam komentar sering hinggap sebagai opini tak diundang. Namun terutama dalam hubungan cinta beda suku, porsi komentar miring atau negatif cenderung akan lebih sering terdengar.
Statistik menunjukkan kalau kebanyakan orang tidak ambil pusing dengan opini orang lain. Namun bagaimana jika komentar miring ini terus diungkit oleh teman dekat dan keluarga sendiri?
Cara mengatasi tantangan ini:
Saat mendengar komentar miring dari keluarga atau teman tentang hubungan cinta beda suku, hal pertama yang PENTING diingat adalah: Jangan emosi.
Tetap jaga logika dan etika berbicara. Tenangkan diri dan jangan tersulut kemarahan yang bisa berujung masalah. Ingat bahwa keluarga atau teman dekat punya hak untuk berpendapat dan layak didengarkan.
Setelah itu, coba tampung semua komentar lalu kaji apa dasar opini tersebut. Apakah pendapat mereka bersumber dari kekhawatiran? Salah persepsi? Atau sekadar komentar iseng belaka? Jika sumber opini telah diketahui, maka barulah pasangan bisa memberikan penjelasan agar pendapat tersebut bisa berhenti secara total.
Misalnya, jika orangtua khawatir akan perbedaan cara asuh cucu nantinya, maka coba jelaskan kalau banyak anak hasil pernikahan beda suku yang sukses diasuh dengan jalan tengah yang ideal. Jika komentar negatif bersifat lucu-lucuan atau iseng belaka, jelaskan bahwa kamu merasa terganggu dan minta dengan sopan agar komentar tersebut dihentikan.
Dengan kombinasi ketenangan mental, logika untuk memahami perspektif orang lain, dan kesiapan untuk berdiskusi, maka pasangan bisa mencapai solusi permanen.
Asumsi tentang sebuah suku sering jadi hal yang belum tentu terbukti kebenarannya. Sering dalam sebuah hubungan cinta beda suku, salah satu pasangan sudah terburu-buru termakan stereotip tentang sebuah suku.
Misalnya, anggapan bahwa suku Sunda biasanya jarang berpendidikan dan berprestasi yang mungkin dibentuk dari konsumsi hiburan atau sinetron lokal. Atau, stereotip bahwa suku Tionghoa biasanya serba perhitungan.
Cara mengatasi tantangan ini:
Kunci dari mengatasi tantangan ini adalah: rasa keingintahuan.
Untuk hubungan cinta beda suku yang langgeng, tetap motivasi diri untuk mengenal pasangan sebagai pribadi seutuhnya tanpa embel-embel stereotip apapun. Hindari asumsi suku karena jarang terbukti kebenarannya.
Sebaliknya, terus pelajari diri pasangan dari segi minatnya, perspektif, cara pengambilan keputusan dan hal-hal yang jadi definisi seorang individu. Hanya dengan cara ini, kamu bisa saling memahami melebihi fisik belaka dan menikmati interaksi yang penuh arti.
Untuk hubungan cinta beda suku yang di tahap serius, pembicaraan soal tradisi pada acara penting seperti acara lamaran, pernikahan, hingga hal-hal yang berhubungan dengan cara mengasuh anak nantinya pasti akan muncul. Problem ini tergolong sulit karena menyangkut keluarga besar sehingga butuh pendekatan yang lebih hati-hati.
Cara mengatasi tantangan ini:
Sangat disarankan agar pasangan menyamakan perspektif terlebih dahulu, sebelum mulai membahas bersama keluarga besar.
Pasangan harus saling memahami apa saja tradisi yang bersifat sakral bagi masing- masing pihak, lalu mencari jalan tengah agar tidak ada pihak yang merasa kepentingannya dikorbankan.
Gunakan mindset negosiasi dan improvisasi, dimana tujuannya adalah menggabungkan perbedaan yang ada dan mengemasnya dalam sebuah acara yang semaksimal mungkin menyenangkan semua pihak. Misalnya, acara lamaran bisa menggunakan tradisi pihak wanita, dan acara hari H bisa memakai tradisi pihak pria atau sebaliknya.
Ingat juga kalau pasangan tidak bisa menyenangkan semua pihak, tetapi prinsipnya prioritaskan pasangan dan keluarga inti seperti orangtua dan tetua dalam keluarga.
Yang namanya adaptasi dalam cinta beda suku tentu bukan hal baru lagi. Tapi, akan ada saja kejutan apalagi jika sudah memasuki tahap pernikahan. Tidak jarang, pasangan justru sulit beradaptasi setelah menjalani kehidupan rumah tangga karena perbedaan suku.
Cara mengatasi tantangan ini:
Dalam semua hubungan, perbedaan itu lumrah. Oleh karena itu, manfaatkan masa pacaran sebaik mungkin untuk saling mengenal luar dalam. Gunakan prinsip kompromi dan komunikasi dalam mengatasi setiap perbedaan, termasuk soal suku.
Dibutuhkan keberanian dan rasa rendah hati untuk mau terus belajar tentang pasangan dan latar belakang sukunya. Belajarlah untuk mendengar sebelum menghakimi dan selalu berorientasi pada solusi dalam setiap problema.
Bukan hanya belajar, pasangan juga harus mengambil posisi sebagai guru yang sabar. Hindari mengoreksi pasangan secara kasar, tetapi salinglah mengundang untuk mengerti tradisi suku masing-masing biar dinamika hubungan makin asyik.
Batasan suku bukan lawan untuk urusan cinta yang datang tulus dari hati. Hadapi semua perbedaan yang ada untuk ekspresi diri yang sesungguhnya. Keterbukaan dan hidup tanpa rahasia sepatutnya jadi awal hubungan yang penuh kualitas.
Yuk, taklukkan tantangan cinta beda suku! Gunakan langsung solusi yang bisa dipraktikkan di atas dan tetap semangat untuk mencintai seutuhnya, apapun latar belakang suku dan tradisi pasangan. Let’s
#SpeakUpForLove!